Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan yang memperkuat kekuasaan Islam pada abad ke-15 hingga ke-16 di wilayah Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas latar belakang sejarah Kerajaan Demak, budaya dan agama, dinamika ekonomi dan sosial, prestasi artistik dan intelektual, dan warisan sejarah dan budaya bagi Indonesia.
Poin Utama
- Kerajaan Demak memperkuat kekuasaan Islam di Jawa dan menjadi pusat perdagangan internasional di abad ke-15 hingga ke-16.
- Budaya dan agama Islam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kerajaan dan masyarakat Jawa.
- Pedagang dan pelaut asing membawa berbagai barang dan kebudayaan ke Kerajaan Demak, yang memperkaya karya seni, arsitektur, dan literatur Jawa.
- Kerajaan Demak memiliki pengaruh kuat pada kerajaan-kerajaan yang mengikuti, termasuk Mataram dan Yogyakarta, serta dalam pembentukan nasionalisme Indonesia.
Latar Belakang Sejarah
Kerajaan Demak berdiri pada awal abad ke-15 di Jawa Tengah, di sekitar wilayah Demak saat ini. Awalnya, Kerajaan Demak hanya merupakan sebuah kota kecil yang disebut Giyanti. Namun, pada abad ke-15, anggota keluarga raja tersebut berhasil memperkuat pengaruh dan memperluas wilayah kekuasaannya. Dalam masa pemerintahan Sultan Trenggana, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah kekuasaan mencakup pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta sebagian kecil wilayah Indonesia Timur.
Kebangkitan Kerajaan Demak terkait erat dengan pengaruh Islam di Jawa. Pada saat itu, mayoritas masyarakat di pulau Jawa menganut kepercayaan Hindu atau Buddha. Tetapi, pada akhir abad ke-13, Islam mulai menyebar di Jawa melalui perdagangan dengan pedagang Arab, Gujarat, dan Persia. Keturunan raja kerajaan Demak yang pertama yang memeluk Islam adalah Raden Patah, yang kemudian menjadi Sultan Demak pertama.
Budaya dan Agama
Islam memainkan peran penting dalam kebudayaan dan agama Kerajaan Demak. Sebagai kerajaan Muslim pertama di pulau Jawa, Demak menjadi pusat dakwah Islam di wilayah tersebut. Raja-raja Islam Demak menunjukkan toleransi terhadap kepercayaan Hindu dan Buddha dan memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Hindu di India dan Cina.
Pada saat yang sama, Kerajaan Demak terus mempertahankan tradisi budaya Jawa, termasuk dalam peristiwa adat, upacara pernikahan, dan seni rupa. Seni ukir kayu, batik, serta wayang kulit, adalah contoh tipikal karya seni di Kerajaan Demak.
Pengaruh Islam tidak hanya terbatas pada agama, tetapi juga tercermin pada sistem hukum dan pemerintahan. Salah satu bukti dari pengaruh islam pada sistem pemerintahan adalah kemunculan institusi pengadilan Islam dan hukum syariah.
Dinamika Ekonomi dan Sosial
Kerajaan Demak menjadi pusat perdagangan internasional karena lokasinya yang strategis di pesisir Jawa. Antara abad ke-15 dan ke-16, banyak pedagang dan pelaut asing yang datang ke Demak membawa berbagai barang dagangan, termasuk rempah-rempah, sutra, dan barang seni.
Kerajaan Demak terkenal dengan kemurahan hatinya pada masyarakatnya dalam hal redistribusi ekonomi dari pendapatan perdagangan. Tidak jarang rakyat biasa diberikan kelonggaran bebas pajak pada saat importir mengangkut barang ke kota pelabuhan tersebut.
Pembagian ekonomi juga diperkuat dengan adanya kasta atau pemerintahan bertingkat. Raja atau Sultan menjadi penguasa tertinggi, disusul oleh petinggi, bangsawan, dan pedagang kaya, sedangkan di bawahnya ada petani dan rakyat jelata.
Prestasi Artistik dan Intelektual
Kerajaan Demak memiliki sejumlah prestasi artistik dan intelektual, terutama dalam bentuk sastra, musik, arsitektur, dan filosofi. Kisah-kisah kerajaan Demak diceritakan dalam bentuk Gending yang menjadi sejarah lisan ditambahkan dengan aransemen musik tradisional Jawa.
Seni arsitektur juga mengalami kemajuan pada masa kerajaan Demak. Salah satu contohnya adalah Masjid Agung Demak yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Trenggana tahun 1478. Bentuk bangunan didesain dengan gaya arsitektur yang khas Jawa dibandingkan dengan arsitektur Islam dari Timur Tengah. Anda juga dapat menemukan ukiran khas Jawa di atap bangunan dan sejumlah relief ukiran kayu yang indah di dalam masjid.
Dalam hal filosofi, Buku Pengobatan dari perspektif Islam Karya Ibnu Sina pada masa Islam berkembang pesat pada saat kerajaan Demak memerintah. Buku teks ini dipelajari mahasiswa dengan detail dan mendalam di Kerajaan Demak.
Warisan Bagi Indonesia
Kerajaan Demak memiliki pengaruh yang besar pada kerajaan-kerajaan yang mengikuti, termasuk Mataram dan Yogyakarta. Seiring dengan pengaruh Islam dan keragaman budaya dan agama, warisan budaya Kerajaan Demak tercermin dalam banyak aspek kehidupan modern Indonesia, termasuk seni rupa, tari, agama, bahasa, musik, dan kesusastraan.
Kesusastraan Jawa dikenal sebagai “Sastra Kerajaan”, memiliki ciri khas yaitu puisi atau prosa yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno, pada umumnya dalam bentuk Pantun. Hal ini tercermin dalam sastra Jawa kuno seperti Serat Centhini. Puisi suluk Jawa pun mulai dikenal, yang merupakan puisi berbahasa Jawa yang ditulis dengan menggabungkan ajaran agama Islam dan Jawa.
Kesimpulan
Kerajaan Demak memperkuat kekuasaan Islam di Jawa, dengan mempertahankan budaya Jawa. Kerajaan ini juga menjadi pusat perdagangan internasional dan memiliki pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang mengikuti serta pengaruh pada budaya Indonesia yang saat ini kita kenali.
FAQ
Apa yang terjadi pada Kerajaan Demak setelah berdirinya Mataram?
Setelah berdirinya Mataram, Kerajaan Demak mengalami kemunduran dalam hal kekuasaannya karena perselisihan internal dan agama. Mataram lalu menggantikan Kerajaan Demak sebagai pusat kekuasaan Jawa.
Apa yang membedakan Kerajaan Demak dengan Kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya?
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan menjadi pusat dakwah Islam di Indonesia. Di sisi lain, banyak kerajaan lain di Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim hanya memeluk agama Islam setelah tibanya pedagang Arab dan India.
Apa prestasi terbesar Kerajaan Demak?
Kerajaan Demak meraih prestasi yang besar dalam pengembangan seni dan budaya, terutama dalam hal sastra. Kerajaan ini juga menjadi pusat perdagangan internasional di Jawa pada abad ke-15 dan ke-16.